JAKARTA, KOMPAS.com – Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 menjadi 5,1 persen. Angka ini lebih rendah dibanding prediksi sebelumnya yakni 5,2 persen.
Ekonom Utama untuk Bank Dunia Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan, produk domestik bruto (PDB) tahun ini lebih rendah terutama karena sentimen eksternal yang belum sepenuhnya mereda. Sebut saja perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, konflik geopolitik global, hingga Brexit.
Meski sudah ada progres pertemuan AS-China dalam KTT G20 pada akhir pekan lalu, Sander memerkirakan ekonomi China tumbuh lebih lambat, sehingga Indonesia yang menjadi mitra bisnis dengan China kena efek domino.
Di sisi lain, sentimen dari internal pun mendukung prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melemah.
Menurut Sender, ekspor komoditas kemungkinan menurun di tahun ini. Sebab, secara harga komoditas unggulan Indonesia seperti crude palm oil (CPO) atau minyak sawit dan batubara dalam tren pelemahan.
“Harga komoditas di Indonesia melemah, sementara daya beli global melemah karena sentimen eksternal,” ungkap Frederico Gil Sander dalam acara Indonesia Economic Qurterly June 2019 Edition, Jakarta, Senin (1/7).
Sementara pertumbuhan impor masih akan lemah sejalan dengan investasi yang lebih lambat. Lebih lanjut Bank Dunia menjelaskan, konsumsi swasta diperkirakan masih moderat di level 5,2 persen di atas pencapaian tahun lalu di level 5,1 persen.
Dari sisi fiskal, diperkirakan masih akan membaik, dan memungkinkan investasi pemerintah menguat karena proyek infrastruktur kembali berlanjut. Di mana konsumsi pemerintah tahun ini meningkat jadi 5,1 persen dari tahun lalu yakni 4,8 persen.
Meskipun proyeksi melambat, pertumbuhan investasi diperkirakan tetap kuat. Terutama mengingat berkurangnya ketidakpastian politik mereda setelah Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak gugatan pada pekan lalu.
“Sentimen ini membawa bisnis yang lebih optimistis,” tulis Bank Dunia.
Di sisi lain, Bank Dunia memproyeksikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) menyempit menjadi 2,8 persen dari PDB di 2018. Tetapi, nantinya kembali ke 2,5 persen PDB di 2020.
“Apabila pemerintah tidak meningkatkan ekspor dan investasi asing langsung, tekanan pada CAD akan terus berlangsung,” jelasnya.
Sementara inflasi 2019 diprediksi Bank Dunia mencapai 3,0 persen, lebih rendah ketimbang konsensus sebelumnya di level 3,5 persen dan inflasi 2018 yang sebesar 3,2 persne. Adapun untuk tahun 2020, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh ke level 5,2 persen.
Dengan stimulus sentimen eksternal yang terjadi saat ini mereda, dan fundamental dalam negeri dapat terjaga.
Pekan lalu World Bank pun juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2019 menjadi 2,6 persen. Angka itu adalah pemangkasan sekian kalinya dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,9 persen. (Yusuf Imam Santoso)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Sebabnya”, https://money.kompas.com/read/2019/07/02/081000026/bank-dunia-pangkas-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-ri-ini-sebabnya.