SINTANG,RK – Wakil Bupati Sintang, Sudiyanto menerima audiensi perwakilan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sintang di Langkau Kita, Rumah Jabatan Wakil Bupati Sintang, Kamis siang (15/7/2021).
Kadatangan IMM Sintang tersebut, merespon keluhan pelaku usaha terkait oknum petugas arogan saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Mikro di Bumi Senentang. “Ada laporan dari kawan-kawan pengelola warung kopi, ketika penegakan PPKM terlihat arogan,” kata Aldo Topan Rivaldi, Kabid Hikmah IMM Kapuas Raya pada Wabup Sintang.
Seharusnya, kata Topan, penegakan PPKM lebih mengedepankan pendekatan-pendekatan persuasif. Topan menambahkan, sejak awal pemberlakuan PPKM Mikro, IMM terus mengadvokasi dengan menyampaikan keluhan-keluhan pelaku usaha yang terdampak.
“Waktu itu kami ketemu Wakil Ketua DPRD Sintang Heri Jambri dan meminta agar penegakan prokes di tempat usaha dilakukan dengan humanis. Kami juga ingin cara-cara penegakan PPKM, tidak membunuh hajat hidup usaha orang banyak. Apalagi dengan melakukan tindakan-tindakan yang kami nilai terlalu keras. Mengingat, kondisi pandemi Covid-19 saat ini banyak pelaku usaha kesulitan mendapatkan penghasilan,” kata Topan.
Merespon hal tersebut, Wakil Bupati Sintang Sudiyanto mengapresiasi kepedulian IMM dalam mengawasi penerapan PPKM. Ia mengatakan, koreksi dan kritik IMM merupakan bagian bentuk kepedulian atas kemajuan pembangunan Sintang kedepan.
Berkaitan dengan penegakan PPKM, kata Sudiyanto, prinsip pendekatannya tetap mengedepankan humanis. “Tapi memang kembali lagi perilaku orang per orang tidak sama. Tapi, kita selalu berpesan agar tidak menggunakan pendekatan kekerasan, bukan dengan bentak-bentak. Itu prinsip umumnya ya,” tegasnya.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Sudiyanto mengatakan bahwa akan secepat mungkin mengadakan rapat untuk membahas keluhan dan pengaduan masyarakat. “Kita akan rapat membahas masalah ini,” tegasnya.
Sementara itu arogansi oknum petugas saat PPKM Mikro diungkapkan Rizky Fauzan, pengelola Progressive Space. Ia mengaku mendapat perlakuan kurang mengenakan saat petugas mendatangi tempat usahanya. “Padahal aku semalam udah tutup, tapi memang masih ada 2 meja yang masih nongkrong. Kemudian dibubarkan dengan represif kayak ngusir orang berbuat maksiat,” keluhnya.